Bahkan, saya yakin seluruh dunia sebenarnya iri pada tradisi mudik kita ini. Karena budaya mudik adalah penjelmaaan nyata betapa dekat hubungan “kekeluargaaan” dan betapa kental ikatan bathin masyarakat kita terhadap keluarganya. Tradisi mudik juga bukti betapa hubungan penghormatan kepada orangtua begitu terjaga dan kasih sayang anak tampak begitu indahnya. Dan saya yakin, belum ada negara selain yang bisa menandingi bahkan Malaysia atau negara melayu lainnya.
Sedangkan masalah kenyaman untuk mudik, ukuran yang dijadikan patokan “nyaman” itu sangat relatif. Bahkan jangan dikira setiap kemacetan yang terjadi dianggap musibah oleh pemudik. Bisa jadi itulah yang bumbu yang membuat masakan kehidupan ini nikmat sekaligus bisa dijadikan bahan obrolan saaat bercengkrama di kampung. Bisa dibayangkan jika mudik adem ayem, sepi…. Saya yakin, mudik ini begitu monoton.
Sama rasanya sewaktu masyarakat mau ramai repot-repot cari tiket menonton Timnas PSSI di piala asia kemarin. Saya rasa bukan permainan Timnas saja yang jadi magnet-nya. Tapi suasana dan aura di stadion GBK yang saya rasa jadi hidangan utamanya. Itulah kira-kira gambaran pembandingnya.
Perihal masalah keamanan, saya melihat seluruh aparat keamanan sudah berusaha untuk bisa membuat ritual mudik ini aman seaman-amannya. Betapa repot aparat membuat apel kesiapan, dan kadang mereka tidak kebagian mudik dikanmpung sendiri.
[Hazmi Srondol – 2 Oktober 2007]