“Pardon me?” tanyaku ke sopir taxi itu.
Lalu sopir itu pun mengeja ulang dengan kata road (jalan) dengan perlahan, kata yang sempat aku pikir kata load (beban). Permintaan mengeja ulang kata ini membuat istriku jadi sempat sedikit melotot, tampak jelas terlihat di kaca spion tengah taxi berwarna pink ini.
“Yee, kok mlotat mlotot gitu tho buk?” tanyaku saat kami sudah keluar dari taxi
“Lha bapak, mosok dari tadi di taxi ngomong sama sopirnya banyakan ‘pardon me’ ama “excusme’ mulu…” jawabnya dengan kesal.
“Emang kenapa? Kang memang nggak ngerti, buuuk” jawabku membela diri.
“Ya kalau sekali-kali sih gak papa, cuman kayaknya bapak nggak ngeh kalau orang Thailand sini emang susah ngomong kata yang ada huruf ‘R’ nya pak. Kan kasian emang logat nya begitu bapak suruh ulang-ulang. Sensi dikit dong pak” jelasnya sambil cemberut.
Duh, aku kok ya baru sadar. Kadang kala kagum juga sama istriku ini. Walau jarang ngomong sama orang Thailand sini, tapi kok malah lebih awas dan paham kalau orang orang Thailand susah sekali bicara dengan kata imbuhan R di dalamnya.
Hmm, aku pun jadi penasaran membuka buku travel. Ah ternyata benar. Ucapan kata ‘terima kasih’ yang kudengar , ini memang aslinya bertuliskan khwap khun khrap. Haduh jadi malu sama istriku.
***
“Bapak, sudah seminggu di sini dan hampir kita pulang ke Bekasi kok anak-anak nggak pernah disenengin sih pak” kata istriku mendadak mengagetkanku di pagi hari.
“Loh bukannya sudah pernah diajak jalan-jalan ke mall yang ada permainannya?” jawabku.
“Lah, ya yang unik dong, pak. Kalau itu mah di Jakarta juga banyak” sungutnya.
“Oh, ya sudah, nanti kita ajak saja ke kebon binatang atau sirkus”
“Emang bapak tahu tempatnya?”
“Ya tanya lah sama orang” jawabku percaya diri.
Aku pun segera keluar kamar dan menuju di lift. Moga-moga saja di bawah bisa ketemu miss Fa sang travel agen hidup yang selalu berdiri di lift ini. Sesampainya di bawah, tampak wajah miss Fa yang sumringah saat aku berjalan menuju ke arahnya. Sepertinya dia paham kalau aku akan membutuhkan jasanya untuk menunjukan tempat wisata baru. Hmmm…
“Morning, mister Jakarta” sapanya ramah.
“Morning,miss” jawabku ramah.
Lalu kamipun berbasa-basi sebentar dan seperti kuduga, miss Fa pasti akan menawarkan sesuatu atraksi atau tempat wisata yang pastinya rekomended dan murah seperti biasanya.
“Sudah coba taigel sho?” tanyanya
“Belum” jawabku
“Tontonlah, murah dan anda pasti tidak menyesal” jawabnya sambil tersenyum.
“Bukan katoey alias banci kan?” tanyaku curiga, rada kapok juga dengan pengalaman terdahulu.
“Tidak! Orisinal! Asli!” jawabnya tegas.
***
“Wah ini jangan jangan kayak sirkus di Bekasi dulu, pak” tanya istriku.
“Enggak lah. Tiger Show di sini pasti bagus. Mungkin ada harimau putihnya. Gak kayak sirkus di Bekasi dulu yang harimaunya berkulit loreng kuning biasa. Namanya juga negara ‘gajah putih’. Pasti ada sirkus harimau putihnya dong” jelasku.
“Tapi pak, sirkus Tiger Show kok malem-malem gini. Jam 12 malem lo pak. Apa nggak percuma tuh, takutnya anak-anak sudah tidur” tanyanya binggung.
“Ya ketemu nya ini. Sudahlah buk! Nggak usah protes. Bapak kan sudah berusaha” kataku mulai kesal.
Istriku pun segera terdiam dan manggut-manggut. Sepertinya dia mengerti perjuanganku untuk memberikan hiburan khusus buat anak-anak. Dan apa pula salahnya soal Tiger Show ini? Mau malam atau dini hari, sirkus selalu menyenangkan anak-anak. Iya kan?
***
Pukul 00:00 Waktu Bangkok
“No Mobile! No Picture!!!” bentak satpam pertunjukan.
“Why!” bantahku tak kalah keras.
“NO!”
Aku jadi binggung. Kok nonton sirkus harimau tidak boleh foto-foto. Namun sedikit tepukan istriku memberi tanda agar mengalah dan memberikan ponsel dan kameraku. Setelah diberikan nomer penyimpanan barang akupun segera masuk ke dalam ruangan pertunjukan.
“Kok aneh, pak. Kayak diskotik” tanya istriku
“Mungkin ini uniknya sirkus di Thailand, buk” jawabku sambil memeluk mas Thole yang sudah tertidur ini.
“Kok tempat pertunjukannnya kecil, pak? Nggak kayak Sirkus di Bekasi” tanya istriku tambah binggung.
Aku tidak bisa menjawab. Aku juga merasa aneh. Kok tempat pertunjukan sirkusnya kayak begini. Malah mirip diskotik dan asap rokok yang mengepul. Isinya juga banyak bule-bule dengan teman wanitanyanya yang berpakaian serba mini. Belum lagi, kemana jaring pengaman harimau seperi sirkus-sirkus? Ini malah adanya 4 tiang di tengah-tengah.
Sudah begitu, saat acara dimulai muncul cewek berpakaian super mini dengan wajah yang sebenarnya ndeso banget. Sudah begitu, kami mendadak melotot saat pembuka acara itu memasukan spidol di perabotnya dan menuliskan sesuatu di atas karton. Ternyata tulisannya ‘Welcome To Thailand’. Kontras banget dengan kami yang hendak pulang ke negeri sendiri.
Makin melongonya, kok makin lama keluar beberapa cewek lagi dengan atraksi pamer kemampuan dengan perabot-nya. Ada yang merokok, minum dan mengeluarkan lagi minuman cola nya ke botolnya dan meniup lilin. Belum lagi tambahan adegan kocak dan tawa keras penonton bule yang malah memberi hormat ke salah satu cewek yang pembungkus perabot-nya bermotif bendera Amerika. Lalu kami makin melonggo sekaligus penasaran kayak gimana atraksi harimaunya. Dan puncaknya, keluar sepasang manusia tidak berbaju. Dan….
“Bapak! Mana harimaunya” tanya mas Thole yang sepertinya terbangun oleh musik ajeb-ajeb yang berdentum keras.
Aku segera memalingkan wajah anakku agar tidak melihat atraksi pasangan diatas ring empat tiang tersebut. Walau sempat beberapa detik kecolongan, kamipun tanpa aba-aba segera kabur keluar ruangan. Dengan tergesa-gesa aku menukarkan nomer penyimpanan barang dengan hape dan kameraku.
“HEY! Where is the TIGER!!!” tanyaku kesal ke satpamnya.
“Lha tadi semua TAIGEL! All GIRL from THAI!!!” jawabnya nyolot.
“What?” kataku mulai sadar.
Lalu tanpa babibu kami segera menyegat taxi, tidak mau menunggu bus jemputan saat berangkat dari hotel tadi.
“Bapak gimana sih! Kok THAI GIRL SHOW kok dikira TIGER SHOW?!” kata istriku kesal.
“Nggak tahu buk” jawabku membela diri.
“Inget R pak RRRRR!” katanya makin kesal.
Aku pun terdiam saja.
“Bapak, sirkus harimau disini palsu ya, pak? Harimaunya cuma kostum ya, pak?” tanya mas Thole dipelukan.
“He-eh, mas” jawabku rada malu-malu.
“Kok orangnya tidak malu sih pak ganti kostum disana, pak?” tanyanya lagi.
Aku cuman terdiam. Istriku juga terdiam. Terdiam sambil tertawa tertawa. Syukuuuur… Syukur. Sepertinya anakku tidak paham kalau tadi bapaknya salah jurusan. Maunya sirkus kok malah dapetnya adegan dewasa langsung tanpa sensor. Hihihi…
Lalu tak lama sampailah kami di hotel. Saat kami membayar taxi, dengan senyum aneh di wajah-pak sopir berkata.
“Saya heran, baru sekali ini dapat penumpang tengah malam lengkap satu keluarga dari Patpong”
“Hah? Tadi Patpong?” tanyaku kaget setelah tahu kalau kami di bawa bus rombongan itu di kawasan XXX nya Bangkok.
“Iya”
Selesai membayar Taxi, istriku mendekatiku dan mencubit kecil pinggangku.
“Sengaja ya pak?”
“Enggak”
“Bohong”
“Enggaaaaaak!!!”
[end]